UKM SDG's IAI At-Taqwa Bondowoso
  • Profil
  • Beranda
  • YouTube
  • Instagram
  • Tiktok
الصفحة الرئيسيةOpini

KESAKTIAN PANCASILA, KHITTAH NU SITUBONDO, DAN WASIAT KIAI AS’AD: FONDASI ETIS KEBANGSAAN YANG RELEVAN SEPANJANG ZAMAN

byUKM SDG's IAI At-Taqwa Bondowoso -يونيو 01, 2025

 

Oleh : Ustadz Abdul Wasik, M.HI

Kader Nahdlatul Ulama & Pengurus RMI PWNU Jawa Timur

Aktifis isu-isu keislaman, kebangsaan, dan pesantren


Pendahuluan

Setiap tanggal 1 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila, mengenang betapa ideologi bangsa ini mampu bertahan dari ancaman disintegrasi dan ideologi lain yang ingin menggantikan dasar negara. Namun, kesaktian itu tidak hanya bermakna heroik-militeristik, melainkan juga etis dan spiritual. Di saat yang sama, sejarah mencatat bagaimana Pancasila diterima secara penuh oleh Nahdlatul Ulama (NU) sebagai asas tunggal dalam Muktamar ke-27 di Situbondo tahun 1984. Di balik keputusan monumental itu, berdirilah sosok karismatik KH. R. As’ad Syamsul Arifin yang mengikrarkan dukungan penuh terhadap Pancasila dengan satu wasiat penting: “Jika Pancasila runtuh, maka Indonesia akan bubar.” Wasiat ini bukan sekadar kalimat retoris, tapi sebuah petunjuk arah bagi umat Islam dan bangsa Indonesia untuk terus menjaga keseimbangan antara keislaman dan keindonesiaan.

Pembahasan

Kesaktian Pancasila: Makna Spiritualitas dan Ideologis.

Kesaktian Pancasila bukanlah dogma kosong, melainkan simbol kekuatan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah, dan Keadilan. Pancasila menjadi titik temu seluruh elemen bangsa, termasuk umat Islam. Kesaktiannya terbukti ketika ideologi ini mampu menghadapi ujian sejarah seperti pemberontakan PKI tahun 1965 dan berbagai upaya radikalisasi yang ingin menggantikan Pancasila dengan ideologi lain.

Dalam perspektif agama, khususnya Islam, nilai-nilai Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Ketuhanan Yang Maha Esa selaras dengan tauhid; kemanusiaan dan keadilan adalah bagian dari maqāṣid al-syarī‘ah (tujuan utama syariat Islam). Maka, memperingati Kesaktian Pancasila bukan hanya bentuk patriotisme, melainkan juga penguatan nilai-nilai Islam rahmatan lil-‘alamin yang telah mengakar dalam budaya Nusantara.

Muktamar Situbondo 1984:u Khittah NU dan Penerimaan Asas Tunggal Pancasila

Keputusan NU dalam Muktamar ke-27 di Situbondo untuk kembali ke Khittah 1926 dan menerima Pancasila sebagai asas tunggal bukanlah keputusan pragmatis, melainkan hasil ijtihad politik yang mendalam. Dalam konteks itu, NU berusaha menjaga jarak dari partai politik dan kembali menjadi organisasi sosial-keagamaan demi memperkuat misi dakwah dan pendidikan umat. Penerimaan terhadap asas tunggal Pancasila dipahami sebagai bentuk tanggung jawab kebangsaan, bukan sebagai pengingkaran terhadap Islam.
KH. Achmad Shiddiq, sebagai pemikir utama di balik penerimaan asas tunggal, menegaskan bahwa “Pancasila adalah titik temu antara berbagai golongan.” Dalam suasana politik yang penuh tekanan Orde Baru, NU tetap menjaga prinsip-prinsipnya tanpa harus menolak dasar negara. Inilah teladan bagaimana organisasi Islam mampu berdialog dengan negara, tanpa kehilangan jati diri.

Wasiat KHR. As’ad Syamsul Arifin: Membumikan Nasionalisme Spiritual

KHR. As’ad Syamsul Arifin,u tokoh sentral NU dan Muktamar Situbondo, dikenal sebagai wali nasionalis. Dalam wasiatnya, beliau menegaskan bahwa runtuhnya Pancasila akan menjadi awal kehancuran Indonesia. Wasiat ini bukan ancaman, melainkan pesan moral bahwa bangsa ini hanya akan kokoh jika tetap berdiri di atas fondasi yang menggabungkan nilai agama dan nilai kebangsaan.

KH. As’ad melihat Pancasila bukan sekadar produk politik, tapi sebagai nilai hidup bersama yang sejalan dengan Islam Nusantara. Pesan beliau menggambarkan kematangan spiritual dan politik: bahwa umat Islam harus menjadi pelindung negara, bukan pemberontak atas nama agama.

Lebih jauh, sikap beliau mengingatkan kita bahwa memperjuangkan Islam tidak harus dengan simbol, tapi dengan substansi: menegakkan keadilan sosial, menjaga persatuan, dan memperjuangkan hak-hakJ rakyat kecil. Ini pula yang tercermin dalam perjuangan beliau membina pesantren, santri, dan masyarakat akar rumput tanpa henti.

Penutup

Relevansi antara Hari Kesaktian Pancasila, Khittah NU Situbondo, dan wasiat KHR. As’ad Syamsul Arifin membentuk satu narasi utuh: bahwa agama dan negara bukan dua kutub yang bertentangan, tetapi dua kekuatan yang bisa saling memperkuat. NU, melalui Muktamar Situbondo, telah menunjukkan bagaimana Islam bisa merangkul negara dengan bijak. Dan melalui wasiat Kiai As’ad, kita diingatkan bahwa menjaga Pancasila adalah bagian dari menjaga keutuhan bangsa dan cita-cita Islam itu sendiri.

Di tengah tantangan zaman yang penuh polarisasi danj radikalisasi, pesan-pesan ini semakin aktual: bahwa Pancasila bukan hanya dasar negara, tapi juga jembatan antara langit dan bumi — antara nilai ilahiah dan realitas sosial-politik bangsa Indonesia.


Tags: Opini Volume 240
  • Facebook
  • Twitter
أحدث أقدم

Seluruh Pengurus dan Anggota UKM SDG's IAI At-Taqwa Bondowoso

UKM SDG's IAI At-Taqwa Bondowoso

Masa Khidmat 2024-2025

Popular Posts

Khasanah

KEKAYAAN SEJATI, LEBIH DARI HARTA DAN ILMU

أكتوبر 30, 2024

SAATNYA PEMUDA BERKARYA MEMBANGUN PROGRAM KOTA BERKELANJUTAN

KULIAH TAMU TEMA MAHASISWA SEBAGAI KADER PEMIMPIN MASA DEPAN BANGSA DAN AGAMA

DISIPLIN NILAI SKS KUNCI MENUJU WISUDA YANG MEMBANGGAKAN

Klarifikasi Berita Gunung Raung: Beredar Video Erupsi Dahsyat, BMKG Tegaskan Gunung Masih Level II

BERPROSES, PERJALANAN MENUJU PERUBAHAN NYATA DI UKM SDG's

BERBUAT BAIK UNTUK ALLAH, BUKAN MANUSIA

SEGALA SESUATU YANG BAIK DATANG PADA WAKTU YANG TERBAIK.

PENGURUS UKM SDG's INSPIRASI GENERASI MUDA YANG MENGABDI DAN MENGAJI

MENANGKAL PERMAINAN SLOT DI KALANGAN MAHASISWA, MEMBANGUN BUDAYA BACA YANG SEHAT DI IAI AT-TAQWA

Featured post

KENIKMATAN YANG MEMBUNUH: RACUN DALAM BALUTAN PESONA DUNIA

UKM SDG's IAI At-Taqwa Bondowoso- يونيو 25, 2025

Blog Archive

  • ▼  2025 (49)
    • ▼  يونيو (7)
      • KENIKMATAN YANG MEMBUNUH: RACUN DALAM BALUTAN PESO...
      • FAHAMI! LARANGAN BERKURBAN UNTUK ORANG YANG SUDAH ...
      • HIKMAH TERSEMBUNYI DI HARI TASYRIK: MERAJUT TAQWA ...
      • KEISTIMEWAAN PUASA ARAFAH 9 DZULHIJJAH MENURUT HADIST
      • HADITS KEISTIMEWAAN PUASA TARWIYAH 8 DZULHIJJAH
      • HUKUM SHOLAT JUM'AT BERTEPATAN DENGAN HARI RAYA DA...
      • KESAKTIAN PANCASILA, KHITTAH NU SITUBONDO, DAN WAS...
    • ◄  مايو (7)
    • ◄  أبريل (1)
    • ◄  مارس (5)
    • ◄  فبراير (7)
    • ◄  يناير (22)
  • ◄  2024 (63)
    • ◄  ديسمبر (57)
    • ◄  أكتوبر (6)
Design by Blogspot | Distributed by Theme
  • Home
  • About
  • Contact Us
  • RTL Version

نموذج الاتصال