“Aku tidak punya harta untuk dipamerkan. Aku tidak punya ilmu untuk dibanggakan. Aku hanya punya dosa yang harus dipertanggungjawabkan. Wahai diri belajarlah sederhana dan jangan bangga diri. Karena kenyataannya kamu tidak punya apa-apa didunia ini, kecuali nyawa itu juga titipan.”
Kalimat-kalimat di atas mengajak kita untuk merenung lebih dalam tentang makna kehidupan. Dalam hiruk pikuk dunia yang penuh kompetisi, seringkali kita terjebak dalam perbandingan dan merasa kurang. Padahal, kekayaan sejati bukanlah terletak pada harta benda atau ilmu pengetahuan semata, melainkan pada keikhlasan hati dan ketaatan kepada Allah SWT.
Harta dan ilmu memang merupakan anugerah yang sangat berharga. Namun, keduanya bersifat relatif dan tidak abadi. Harta bisa habis, ilmu bisa dilupakan, bahkan keduanya bisa menjadi fitnah jika tidak dikelola dengan baik. Al-Qur’an mengingatkan kita akan sifat fana dunia:
“Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang bergembira dengan apa yang telah mereka usahakan dan mereka ridai pujian orang-orang kafir itu, maka janganlah kamu bergembira dengan mereka, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (QS. Ali Imran: 185)
Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa. Namun, janganlah kita larut dalam penyesalan yang berkepanjangan. Sebaiknya, kita segera bertaubat dan berusaha memperbaiki diri. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah sangat gembira dengan taubat hamba-Nya melebihi seorang dari kalian yang menemukan untanya yang hilang di padang pasir.” (HR. Bukhari)
Hidup sederhana berarti tidak berlebih-lebihan dalam segala hal. Orang yang hidup sederhana lebih mudah merasa cukup dan bersyukur. Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk hidup sederhana. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya dunia itu fana dan perhiasannya pun akan hilang. Barangsiapa mengambil dunia sebagai tujuan utamanya, niscaya Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan Allah akan menjadikan dunia sebagai kesenangan baginya, kemudian Allah akan mencampakkannya ke dalam neraka.” (HR. Ibnu Majah)
Nyawa adalah anugerah terbesar yang Allah SWT berikan kepada kita. Kita tidak tahu kapan dan bagaimana nyawa ini akan dicabut. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan waktu yang ada sebaik-baiknya untuk beribadah dan berbuat kebaikan.
Mari kita renungkan kembali kehidupan kita. Apakah kita sudah benar-benar mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan? Apakah kita sudah berusaha untuk memperbaiki diri dan menjauhi dosa? Apakah kita sudah hidup sederhana dan tidak terlalu mengejar dunia?
Kesimpulan :
Kekayaan sejati bukanlah terletak pada harta benda atau ilmu pengetahuan semata, melainkan pada keikhlasan hati dan ketaatan kepada Allah SWT. Marilah kita hidup sederhana, bersyukur atas segala nikmat yang Allah SWT berikan, dan terus berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik.