UKM SDG's IAI At-Taqwa Bondowoso
  • Profil
  • Beranda
  • YouTube
  • Instagram
  • Tiktok
BerandaRedaksi Motivasi

SUARA YANG MENJAGA

byUKM SDG's IAI At-Taqwa Bondowoso -Mei 12, 2025


 Oleh : Lutfi hidayatul Amri

“Kalian harus hati-hati! Jangan mudah terpengaruh isi khutbah yang merusak, meskipun itu khutbah Jum’at atau acara keagamaan lainnya.”
 Kiai As’ad Syamsul Arifin

Kalimat itu bukan sekadar peringatan. Ia adalah suara hati yang tumbuh dari kejernihan mata batin seorang ulama yang peka terhadap zaman. Di tengah gegap gempita orasi-orasi religius yang semakin keras, Kiai As’ad hadir sebagai penjaga suara bukan untuk membungkam, tapi untuk mengarahkan agar umat tidak tersesat oleh suara-suara yang hanya mengatasnamakan kebenaran.

Khutbah: Dari Menyejukkan Menjadi Bara yang Membakar

Dahulu, khutbah Jum’at adalah yang menyejukkan. Mimbar menjadi tempat suci di mana hati-hati umat dipeluk oleh hikmah. Tapi kini, tak sedikit khutbah yang berubah arah. Dari nasihat menjadi tudingan, dari pengingat menjadi provokasi, dari pembangun menjadi peruntuh ukhuwah. Dari mimbar yang sama, suara yang seharusnya merangkul justru menebar kecurigaan. Seolah-olah kebenaran hanya milik satu kelompok, dan sisanya adalah kesesatan.

Kiai As’ad: Ulama yang Membaca Zaman

Beliau tidak hanya menguasai teks, tetapi juga konteks. Dalam pemahaman Kiai As’ad, agama adalah ruang kasih, bukan gelanggang pertikaian. Beliau sangat sadar akan apa yang disebut oleh psikolog sosial sebagai efek otoritas bahwa manusia cenderung tunduk pada mereka yang dianggap memiliki otoritas moral, bahkan tanpa menyaring kebenaran isinya.

Maka, dawuh beliau bukanlah larangan keras, tapi peringatan lembut untuk tetap menggunakan hati dan akal sebelum menerima sebuah narasi, betapapun religiusnya ia terdengar.

Retorika Agama: Antara Hikmah dan Racun

Dalam psikologi komunikasi, kita mengenal konsep “framing” bagaimana kata-kata bisa mempengaruhi cara kita melihat sesuatu. Kiai As’ad mengingatkan bahwa tidak semua yang terdengar islami benar-benar membawa semangat Islam. Ada yang membungkus nafsu berkuasa dengan ayat, ada yang menyisipkan kebencian dalam doa.

Kita diajak untuk menyaring, bukan menelan. Untuk bertanya sebelum percaya. Karena kata-kata, meski tak berbentuk, punya kuasa untuk membelah atau menyatukan, membangkitkan atau menjatuhkan.

Menyaring, Bukan Menelan

Efek kognitif yang dijelaskan dalam psikologi kontemporer menyatakan bahwa manusia cenderung hanya menerima informasi yang sesuai dengan keyakinannya (bias konfirmasi). Di sinilah letak bahayanya ketika khutbah berubah menjadi alat polarisasi. Ketika umat dicekoki narasi benci yang dibungkus syiar, maka yang tumbuh bukan iman, tapi fanatisme.

Maka pentinglah dawuh Kiai As’ad: jadilah pendengar yang kritis. Bukan untuk mencela, tapi untuk menjaga diri dari kesesatan yang tersembunyi. Agama tak butuh teriak, tapi butuh akhlak.

Menjadi Penjaga Ukhuwah

Ketika sesama Muslim mulai dicurigai karena beda tafsir, saat itulah kita sedang jauh dari ajaran Rasulullah. Khutbah seharusnya menjadi sarana mempererat, bukan memecah. Islam yang dirindukan adalah Islam yang mendamaikan, bukan yang menakut-nakuti. Islam yang mencintai, bukan mencaci.

Dalam istilah psikologi moral, sikap ini disebut sebagai moral maturity tingkat kesadaran spiritual yang lahir dari cinta, bukan ketakutan; dari hikmah, bukan kebencian.

Suara Itu Harus Dijaga

Kiai As’ad mengajarkan bahwa iman bukan hanya percaya, tapi juga menimbang. Menimbang apakah pesan itu menumbuhkan atau justru menyesatkan. Apakah membawa rahmat atau membawa laknat. Kita diajak untuk berpikir, bukan hanya mengiyakan.

Di dunia yang ramai dengan klaim kebenaran, kita perlu menepi, mendengar suara batin, dan bertanya:
 "Apakah suara ini mendekatkan pada Allah atau menjauhkan dari sesama?"

Penutup: Menjaga Warisan Ulama

Suara Kiai As’ad bukan hanya untuk masanya, tapi juga untuk zaman ini zaman di mana kita mudah terpengaruh, mudah benci, mudah menghakimi. Beliau tidak hanya mewariskan ilmu, tapi juga ketenangan berpikir, kebeningan hati, dan kearifan dalam menyikapi perbedaan.

Maka marilah kita menjadi penjaga suara. Menjaga agar khutbah tetap sejuk, agar dakwah tetap santun, agar Islam tetap menebar rahmat, bukan laknat.


"Jangan hanya mendengar, tapi pahamilah.
 Jangan hanya percaya, tapi renungkanlah.”

_Penulis_

Tags: Redaksi Motivasi Redaksi Terkini volume 234
  • Facebook
  • Twitter
Lebih baru Lebih lama

Seluruh Pengurus dan Anggota UKM SDG's IAI At-Taqwa Bondowoso

UKM SDG's IAI At-Taqwa Bondowoso

Masa Khidmat 2024-2025

Popular Posts

Khasanah

KEKAYAAN SEJATI, LEBIH DARI HARTA DAN ILMU

Oktober 30, 2024

SAATNYA PEMUDA BERKARYA MEMBANGUN PROGRAM KOTA BERKELANJUTAN

KULIAH TAMU TEMA MAHASISWA SEBAGAI KADER PEMIMPIN MASA DEPAN BANGSA DAN AGAMA

DISIPLIN NILAI SKS KUNCI MENUJU WISUDA YANG MEMBANGGAKAN

Klarifikasi Berita Gunung Raung: Beredar Video Erupsi Dahsyat, BMKG Tegaskan Gunung Masih Level II

BERPROSES, PERJALANAN MENUJU PERUBAHAN NYATA DI UKM SDG's

BERBUAT BAIK UNTUK ALLAH, BUKAN MANUSIA

SEGALA SESUATU YANG BAIK DATANG PADA WAKTU YANG TERBAIK.

PENGURUS UKM SDG's INSPIRASI GENERASI MUDA YANG MENGABDI DAN MENGAJI

MENANGKAL PERMAINAN SLOT DI KALANGAN MAHASISWA, MEMBANGUN BUDAYA BACA YANG SEHAT DI IAI AT-TAQWA

Featured post

KENIKMATAN YANG MEMBUNUH: RACUN DALAM BALUTAN PESONA DUNIA

UKM SDG's IAI At-Taqwa Bondowoso- Juni 25, 2025

Blog Archive

  • ▼  2025 (49)
    • ►  Juni (7)
    • ▼  Mei (7)
      • "Kebangkitan Nasional Bukan Milik Masa Lalu, Tapi ...
      • "Kehangatan Keluarga di Tengah Arus Digitalisasi "
      • “Doa yang Tak Pernah Tertidur”
      • MAHASISWA ERA DIGITAL: IPK SAJA TIDAK CUKUP! (Ref...
      • SUARA YANG MENJAGA
      • “Di Era Semua Orang Bisa Pintar, Kenapa Banyak yan...
      • "Membangun Bangsa Ber-ISI: Meneguhkan Tujuan Pendi...
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Januari (22)
  • ►  2024 (63)
    • ►  Desember (57)
    • ►  Oktober (6)
Design by Blogspot | Distributed by Theme
  • Home
  • About
  • Contact Us
  • RTL Version

Formulir Kontak