Hari Natal merupakan peringatan kelahiran Nabi Isa AS yang dirayakan oleh umat Kristiani di seluruh dunia setiap tanggal 25 Desember. Dalam Islam, Nabi Isa AS adalah salah satu nabi yang dimuliakan dan memiliki tempat istimewa. Namun, pandangan umat Islam terhadap perayaan Natal memiliki landasan yang berbeda, baik dari segi keyakinan maupun sikap sosial. Artikel ini akan mengkaji Hari Natal dalam perspektif Al-Qur'an dan hadis, serta menjelaskan sikap umat Islam terhadapnya.
Nabi Isa AS adalah salah satu dari lima Rasul Ulul Azmi yang diabadikan dalam Al-Qur'an. Beliau diutus untuk menyampaikan risalah kepada Bani Israil. Beberapa ayat Al-Qur'an menjelaskan tentang kelahiran dan peran beliau:
1. Kelahiran Nabi Isa AS
“(Ingatlah) ketika Malaikat berkata: ‘Wahai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan dengan kalimat (perintah) dari-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang yang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).’” (QS. Ali ‘Imran: 45).
2. Peran Nabi Isa AS
“Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus.” (QS. Maryam: 36).
Perayaan Natal dalam tradisi Kristiani bertujuan untuk memperingati kelahiran Nabi Isa AS, yang diyakini oleh mereka sebagai anak Tuhan. Namun, konsep ketuhanan Nabi Isa AS bertentangan dengan akidah Islam, yang menegaskan bahwa :
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ
"Allah adalah satu dan tidak beranak maupun diperanakkan (QS. Al-Ikhlas: 3)
1.Menghormati Nabi Isa AS.
Islam mengajarkan umatnya untuk menghormati semua nabi, termasuk Nabi Isa AS. Allah memerintahkan umat Islam untuk tidak membedakan para nabi dalam hal keimanan :
2.Hukum Mengucapkan Selamat Natal.
Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahludz Dzimmah menjelaskan bahwa mengucapkan selamat atas ritual keagamaan non-Muslim tidak diperbolehkan karena menyerupai persetujuan terhadap akidah mereka. Namun, dalam konteks sosial, beberapa ulama modern memperbolehkan ucapan selamat sebagai bentuk penghormatan antarumat beragama, dengan syarat tidak melibatkan aspek teologis.
Sikap Umat Islam terhadap Hari Natal
1. Menjaga Toleransi Beragama
“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 6).
Prinsip ini menegaskan bahwa umat Islam menghormati hak setiap individu untuk menjalankan keyakinannya, tanpa mencampuradukkan akidah.
2. Menghindari Ikut Serta dalam Perayaan Keagamaan
“Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud).
Hadis ini sering dijadikan dasar oleh ulama untuk melarang umat Islam ikut serta dalam perayaan agama lain, termasuk Natal, agar tidak menyerupai praktik yang bertentangan dengan Islam.
3. Menjalin Silaturahmi
Islam mendorong umatnya untuk menjalin hubungan baik dengan semua orang, termasuk non-Muslim, selama tidak menyangkut akidah. Bersikap baik kepada tetangga dan teman yang merayakan Natal merupakan bentuk akhlak mulia, selama tidak melibatkan hal-hal yang melanggar prinsip agama.
Hari Natal adalah perayaan yang memiliki makna khusus bagi umat Kristiani. Dalam perspektif Islam, Nabi Isa AS dihormati sebagai salah satu nabi besar, tetapi keyakinan akan ketuhanannya bertentangan dengan ajaran tauhid. Umat Islam dianjurkan untuk menjaga toleransi dan hubungan baik dengan umat lain, namun tetap harus memegang teguh prinsip akidah Islam.
Dengan memahami perspektif Al-Qur'an dan hadis, umat Islam dapat bersikap bijak dalam menyikapi perbedaan, menjaga akhlak, dan mengutamakan ukhuwah dalam kehidupan bermasyarakat. Wallahu a‘lam bis shawab.