Oleh : Lutfi Hidayatul Amri
Surat An-Nisa’ ayat 28 berbunyi:
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
Artinya: "Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah."
Ayat ini menyampaikan bahwa Allah memberikan keringanan dalam berbagai aspek syariat karena manusia diciptakan dalam keadaan lemah. Kelemahan ini bisa dimaknai dari berbagai sudut pandang, termasuk fisik, emosi, dan hawa nafsu. Para ulama memberikan tafsiran yang mendalam terkait maksud kelemahan manusia sebagaimana disebutkan dalam ayat ini.
Tafsir Imam Thawus dan Imam Waki'
Tafsir Imam Thawus
Imam Thawus, salah seorang ulama salaf, menafsirkan ayat ini dengan mengatakan bahwa:
قال: في أمور النساء. ليس يكون الإنسان في شيء أضعفَ منه في النساء
"Imam Thawus berkata: “Yaitu diciptakan dalam kondisi lemah dalam urusan perempuan. Tidaklah manusia (lelaki) lebih lemah dalam menghadapi sesuatu daripada dalam menghadapi urusan perempuan.” (At-Thabari, VIII/216).
Menurut Thawus, kelemahan yang dimaksud adalah ketergantungan emosional dan pengaruh besar yang diberikan wanita kepada laki-laki. Dalam kehidupan sehari-hari, sering terlihat bagaimana perhatian laki-laki dapat terdistraksi atau dipengaruhi oleh urusan wanita, baik dalam hubungan rumah tangga, pekerjaan, maupun interaksi sosial lainnya.
Tafsir Imam Waki’
Imam Waki’ memberikan penafsiran yang lebih tajam:
( ما رأَيْتُ مِن ناقصاتِ عقلٍ ودِينٍ أذهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الحازمِ مِن إحداكنَّ يا معشرَ النِّساءِ ) فقُلْنُ له: ما نقصانُ دِينِنا وعقلِنا يا رسولَ اللهِ ؟ قال: ( أليس شَهادةُ المرأةِ مِثْلَ نصفِ شَهادةِ الرَّجُلِ ) قُلْنَ: بلى قال: ( فذاك نُقصانُ عقلِها أوَليسَتْ إذا حاضتِ المرأةُ لم تُصَلِّ ولم تَصُمْ )
"Tidak pernah aku melihat yang kurang akal dan agamanya, namun mampu menghilangkan keteguhan lelaki yang teguh, melebihi kalian wahai para wanita”. Maka para wanita bertanya kepada Nabi: “apa maksudnya kami kurang akal dan kurang agamanya wahai Rasulullah?”. Nabi menjawab: “Bukanlah persaksian wanita itu semisal dengan persaksian setengah lelaki?”. Mereka menjawab: “ya benar”. Nabi melanjutkan: “Itulah kurangnya akal. Dan bukanlah wanita jika haid ia tidak shalat dan tidak puasa?“(HR. Bukhari no. 1462, Muslim no. 80).
Dalam pandangan ini, kelemahan manusia terletak pada hawa nafsu dan daya tarik wanita yang bisa membuat seseorang kehilangan akal sehatnya. Ketertarikan ini dapat membawa seseorang pada perbuatan yang tidak sejalan dengan syariat jika tidak dikendalikan dengan baik. Ini menjadi peringatan agar manusia selalu menjaga hati dan pikirannya, serta menghindari godaan yang dapat menjerumuskan.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, Halaman 234, disebutkan bahwa kelemahan manusia yang disebutkan dalam ayat ini mencakup berbagai aspek:
1. Fisik: Manusia memiliki keterbatasan kekuatan dan stamina, sehingga Allah memberikan keringanan dalam berbagai hukum syariat, seperti shalat ketika sakit dan kewajiban puasa yang bisa diganti dengan fidyah.
2. Emosi dan Hawa Nafsu: Dalam hubungannya dengan wanita, manusia sering kali lemah dalam mengendalikan diri. Ini termasuk godaan nafsu yang bisa membawa seseorang pada dosa jika tidak dikendalikan.
Ibnu Katsir juga menjelaskan bahwa ayat ini mengandung hikmah tentang kasih sayang Allah kepada manusia. Allah mengetahui kelemahan manusia, sehingga syariat Islam dirancang dengan keseimbangan dan keringanan yang sesuai dengan fitrah manusia.
Hikmah dan Pelajaran dari Ayat Ini
- Keringanan Syariat: Ayat ini menegaskan bahwa Islam adalah agama yang tidak memberatkan, melainkan memberikan kemudahan bagi manusia sesuai dengan kelemahannya.
- Kontrol Diri: Manusia perlu menyadari kelemahannya, terutama dalam hal hawa nafsu, dan berupaya untuk mengendalikannya agar tidak terjerumus dalam dosa.
- Hubungan dengan Wanita: Kelemahan manusia terhadap wanita adalah fitrah, namun harus dikelola dengan akhlak Islami, seperti menjaga pandangan, batasan pergaulan, dan komitmen dalam hubungan yang halal.
- Kasih Sayang Allah: Allah memahami sifat manusia dan memberikan bimbingan yang dapat membantu manusia menjalani kehidupan dengan lebih baik.
Semoga ayat ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk senantiasa menjaga hati dan akal agar tetap dalam ketaatan kepada Allah.