Oleh : Lutfi Hidayatul Amri
Di era digital ini, media sosial telah menjadi salah satu platform utama untuk mendapatkan ilmu dan inspirasi. Ustadz dan dai kondang yang aktif di media sosial sering kali menjadi idola banyak orang, karena gaya penyampaian mereka yang menarik, konten yang relevan, dan kemampuan menjangkau jutaan orang dalam waktu singkat. Namun, ada satu hal yang perlu kita renungkan bersama: jangan sampai kekaguman kita kepada ustadz di dunia maya membuat kita lupa kepada guru yang mengajarkan kita huruf pertama dalam Al-Qur’an—sejak alif, ba’, ta’.
Mengapa Kita Mudah Tertarik pada Ustadz di Media Sosial?
Ustadz di media sosial sering kali memiliki daya tarik tersendiri. Mereka menyampaikan dakwah dengan bahasa yang ringan, menggunakan teknologi modern, dan terkadang dibarengi visual yang menarik. Kehadiran mereka sangat membantu kita memahami Islam dengan lebih praktis di tengah kesibukan sehari-hari. Namun, pesona mereka sering kali membuat kita teralihkan dari sosok guru-guru kita di masa kecil.
Guru ngaji kita mungkin tak seterkenal para ustadz di media sosial. Mereka tak memiliki ribuan pengikut atau kemampuan membuat konten yang viral. Tapi ingatlah, merekalah yang dengan sabar mengajarkan kita dasar-dasar agama. Mereka tak hanya mengajarkan huruf hijaiyah, tetapi juga membentuk akhlak kita sejak dini. Dengan penuh kesabaran, mereka membimbing tangan kecil kita, mengoreksi bacaan kita, dan mengajarkan doa-doa pendek yang kini kita lantunkan dengan fasih.
Adab Terhadap Guru: Kunci Keberkahan Ilmu
Islam sangat menekankan pentingnya adab terhadap guru. Imam Syafi’i pernah berkata, “Aku menundukkan diriku di hadapan guruku, hingga seolah-olah aku menjadi seorang budak di hadapan majikannya.” Adab ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan guru dalam Islam.
Rasulullah SAW juga bersabda:
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: لَيْسَ مِن أُمَّتِي مَن لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنا، ويَرْحَمْ صَغِيرَنا، ويَعْرِفْ لِعالِمِنا حَقَّهُ
Artinya : Dari Ubadah bin Shamit Rasulullah SAW bersabda: "Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormat kepada yang lebih tua dan tidak mengasihi kepada yang lebih muda dan tidak tahu kepada hak-hak orang alim (tidak menghormat guru)." (HR. Al-Tabrani).
Guru yang mengajarkan kita dasar-dasar agama memiliki hak yang besar atas kita. Menjaga hubungan baik dengan mereka, mendoakan mereka, dan tetap menghormati jasa-jasanya adalah bentuk syukur kita kepada Allah atas ilmu yang telah diberikan.
Ilmu Adalah Amanah, Bukan Hanya Hiburan.
Saat ini, banyak orang yang memperlakukan ilmu sebagai hiburan semata. Video dakwah yang viral hanya ditonton untuk kepuasan sesaat, tanpa ada keinginan mendalam untuk mengamalkan. Padahal, ilmu adalah amanah yang harus diamalkan dan dijaga. Guru ngaji kita di masa kecil tak hanya memberi ilmu, tetapi juga menanamkan kebiasaan dan nilai-nilai yang kini menjadi bagian dari diri kita.
Jangan Lupa Akar, Meski Cabangmu Menjulang.
Kehadiran ustadz di media sosial adalah nikmat yang patut kita syukuri. Namun, jangan sampai kehadiran mereka membuat kita melupakan akar, yakni para guru yang membimbing kita sejak awal. Mereka mungkin tak terkenal, tapi mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang menjadi perantara ilmu pertama kita. Jika kini kita mampu membaca Al-Qur’an, memahami makna ibadah, dan mendalami ilmu agama, itu tak lepas dari jasa mereka.
Berterima kasihlah kepada guru-guru kita, baik dengan menjaga silaturahmi, mengirim doa, atau memberikan bantuan jika memungkinkan. Karena sejauh apa pun kita melangkah, keberkahan ilmu datang dari sikap kita terhadap guru.
Kesimpulan
Menghormati guru adalah bagian dari adab yang sangat penting dalam Islam. Jangan pernah lupa kepada guru yang mengajarkanmu sejak alif, ba’, ta’, hanya karena kamu mengidolakan ustadz di media sosial. Keduanya memiliki peran masing-masing, tapi guru pertamamu adalah tonggak awal yang tak tergantikan. Jadikan kekaguman kepada ustadz sebagai motivasi untuk terus belajar, tanpa melupakan jasa guru yang telah menjadi pelita awal dalam perjalanan ilmumu.
_Pesan Penulis _
"Jangan karena kenal ustadz di layar kaca,
Engkau lupa wajah guru di surau tua.
Ia tak viral, tak tersohor namanya,
Namun, tangannya pernah menggenggam jemarimu,
Mengajarimu alif, ba’, ta’,
Dengan sabar, tanpa lelah, tanpa jeda."