Oleh : Lutfi Hidayatul Amri
Hasan Al-Basri, seorang ulama besar tabi’in yang dikenal dengan kezuhudan dan kebijaksanaannya, pernah berkata:
“Hukuman bagi para ulama adalah matinya hati. Dan hati menjadi mati karena mereka mencari dunia dengan amal akhirat.”
Pernyataan ini dinukil oleh Imam Al-Ghazali dalam kitabnya yang monumental, Ihya’ Ulumiddin (1/85). Perkataan ini tidak hanya menjadi renungan bagi para ulama, tetapi juga peringatan bagi setiap Muslim yang mengabdikan dirinya pada ilmu dan amal.
Matinya hati adalah kondisi di mana hati kehilangan cahaya iman, tidak lagi peka terhadap kebenaran, dan tenggelam dalam kecintaan terhadap dunia. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin menjelaskan bahwa hati yang mati tidak dapat lagi membedakan mana yang hak dan yang batil. Hal ini berbahaya, terutama bagi para ulama, yang seharusnya menjadi pelita bagi umat.
Hasan Al-Basri menyebut bahwa salah satu penyebab utama matinya hati adalah mencari dunia dengan amal akhirat. Ini berarti seseorang menggunakan ilmu agama atau amalnya untuk memperoleh keuntungan duniawi, seperti harta, kedudukan, atau popularitas.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin (1/85) merinci beberapa tanda hati yang mati, khususnya pada ulama:
1. Beramal untuk Dunia
Seseorang menjadikan amal ibadah dan dakwah sebagai alat untuk mendapatkan pujian atau keuntungan materi. Misalnya, mengajar agama dengan tujuan utama mencari honor atau penghormatan.
2. Tidak Ada Keikhlasan
Amal yang dilakukan tidak murni untuk Allah, tetapi untuk mendapatkan penghargaan dari manusia. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإنَّمَا لِكُلِّ امْرِىءٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Cinta Dunia yang Berlebihan
Ketika hati terlalu terpaut pada dunia, maka ia akan sulit menerima nasihat kebenaran. Al-Qur’an menyebutkan:
اُولٰۤىِٕكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
“Maka celakalah bagi orang-orang yang keras hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Az-Zumar: 22).
Akibat Mencari Dunia dengan Amal Akhirat
1. Hilangnya Keberkahan Ilmu
Ilmu yang dicari hanya untuk dunia tidak akan memberikan manfaat baik di dunia maupun di akhirat. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ
“Barang siapa menuntut ilmu untuk mendebat orang bodoh, menandingi ulama, atau menarik perhatian manusia, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.” (HR. Tirmidzi).
2. Menyesatkan Umat
Ulama yang hatinya mati cenderung memberikan fatwa yang sesuai dengan kepentingan duniawi, bukan berdasarkan kebenaran. Hal ini menyebabkan umat terjerumus ke dalam kesalahan.
3. Kehilangan Kedudukan di Sisi Allah
Dalam kitab Ihya’ Ulumiddin disebutkan bahwa Allah mencintai ulama yang ikhlas dan mengamalkan ilmunya. Namun, ulama yang mencari dunia dengan amalnya justru akan dicabut keberkahannya.
Pelajaran dari Perkataan Hasan Al-Basri
1. Keikhlasan Sebagai Kunci Utama
Amal tanpa keikhlasan tidak akan diterima oleh Allah. Ulama, sebagai pewaris para nabi, harus menjaga niatnya tetap murni untuk menegakkan agama Allah.
2. Meninggalkan Cinta Dunia
Rasulullah ﷺ bersabda:
حُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيئَةٍ
“Cinta dunia adalah pangkal segala dosa.” (HR. Baihaqi).
Para ulama harus menjadi teladan dalam menjauhi cinta dunia dan mendekatkan diri kepada Allah.
3. Menjaga Amanah Ilmu
Ilmu adalah amanah yang harus disampaikan dengan jujur dan penuh tanggung jawab. Menggunakan ilmu untuk keuntungan duniawi berarti mengkhianati amanah tersebut.
Perkataan Hasan Al-Basri yang dinukil oleh Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin (1/85) merupakan peringatan bagi para ulama dan seluruh umat Islam. Matinya hati adalah hukuman berat yang terjadi ketika seseorang menjadikan ilmu dan amal sebagai alat untuk mencari dunia.
Oleh karena itu, keikhlasan, zuhud, dan amanah dalam mengemban ilmu menjadi kunci untuk menjaga hati tetap hidup dan mendapat ridha Allah. Semoga Allah melindungi kita dari penyakit hati dan menjadikan ilmu kita bermanfaat di dunia dan akhirat. Wallahu a‘lam bis shawab.